Jumat, 07 April 2017

Laporan Praktikum Porifera



PORIFERA
Sponges
Sri Devista
Sridevista.bio15@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Porifera merupakan hewan invertebrata yang memiiki tubuh berpori atau berlubang yaitu oskulum(oscula) dan ostium(ostia).  Bersifat triplobastik atau memiliki 3 lapisan tubuh yaitu pinosit, mesohit, dan koanosit. Praktikum yang berjudul “Protozoa” ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dasar dari porifera dan mengetahui serabut sponging yang menyusun masing-masin tubuh dari porifera, serta mengetahui contoh spesies dari masing-masing kelas dari porifera. Adapun metode yang dilakukan pada praktikum ini antara lain disediakan spesies dari filum porifera kemudian diamati dengan mikroskop bentuk oskulum. Dihancurkan sebagian kecil dari tubuh porifera lalu  diamati spikula dengan mikroskop. Namun praktikum tentang porifera tidak dapat dilakukan dikarenakan tidak tersedianya preparat pada laboratorium.
Kata kunci: Porifera, Serabut sponging, Oskulum, Ostium, Spongosol, Spikula.

Abstract
Sponge is an invertebrate animal who coined the porous or hollow body that is oskulum (oscula) and ostium (ostia). Triplobastik are or have 3 layers of the body that is pinosit, mesohit, and koanosit. Practicum entitled "Protozoa" has been held on October 19, 2016 at the Laboratory of Biology Education FKIP Syiah Kuala University. Practicum aims to determine the basic structure of sponges and knowing sponging fibers that make up each of brackish body of sponges, as well as knowing examples of species of each class of sponges. The method is performed at this lab, among others, provided the species of the phylum sponges and then observed with a microscope oskulum form. Destroyed a small part of the body sponges spicules observed with a microscope. But the lab about sponges can not be performed due to unavailability of preparations in the laboratory.
Keywords: Sponges, Fibers of sponging, Oskulum, Ostium, Spongosol, Spicules



Pendahuluan
Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil, sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori (Yusminah, 2007: 8).
Beberapa jenis spons laut seperti spons jari berwarna oranye, Axinella canabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium laut; ada kalanya diekspor ke Singapura dan Eopa. Jenis spons dari family Clionidae mampu mengebor dan menembus batu karang dan cangkang molusca sehingga membantu pelapukan pecahan batu karang dan cangkang molusca yang berserakan di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh pada kerang-kerangan tertentu dan mengganggu peternakan tiram. Tidak hanya hewan yang memakan spons karena banyak spikulanya dan baunya tidak sedap. Musuh utama spons laut ialah siput jenis Nudibrancia. Musuh spons air tawar ialah larva serangga dari ordo Neuroptera. Spons air tawar acapkali mengotori jarring apung, mengganggu aliran air ke dalam jarring apung (Sugiarti, 2005 : 38-39).
Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu perairan (Iwenda, 2013: 159).
Sponge termasuk plankton feeder, sehingga memerluka kualitas dan kesuburan perairan yang ideal untuk menunjang kehidupannya. Mayoritas sponge yang ditemukan tumbuh baik dan subur pada daerah yang kondisi terumbu karangnya rata-rata jelek (049,9%), misalnya Auletta sp. tumbuh sangat baik dan bentuknya beraturan pada karang yang sudah mati (Suharyanto, 2008: 211).
Perubahan musim ini juga akan berpengaruh pada tingkah laku ikan, biologi reproduksi dan migrasi, sehingga hasil tangkapan setiap musim akan mengalami perubahan. Pada bulan Juni hasil tangkapan secara umum sangat besar, namun jenis yang tertangkap adalah ubur-ubur yang dapat mencapai 500 kg/1x tarikan trawl. Jika dilihat secara keseluruhan sumberdaya ikan yang tertangkap dalam jumlah yang kecil (Eko, 2012: 4).
    
Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
            Praktikum dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh pada tanggal  19 Oktober 2016 pada Pukul 14.00 WIB.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop stereo, alat bedah, petridish, dan nampan bedah. Bahan yang di perlukan dalam praktikum ini adalah spesies dari filum porifera.
Prosedur
            Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini antara lain mula-mula disediakan terlebih dari spesies dari filum porifera kemudian diletakkan diatas petridish. Diamati dibawah mikroskop bentuk oskulum. Disayat secara vertikal melalui oskulum sehingga spongiosol terbagi dua kemudian diamati. Diulangi perlakuan namun disayat secara horizontal. Dihancurkan sebagain kecil dari tubuh porifera dan diamati bentuk spikula yang membentuk tubuh porifera. Diambil porifera yang masih utuh dan diamati bagian tubuh lainnya kemudian digambar dan diberi keterangan.

Hasil dan Pembahasan
            Porifera merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang sangat primitif (sederhana). Bersifat triplobastik atau memiliki 3 lapisan tubuh antara lain pianosit, mesohit, dan koanosit. Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial berbentuk agak silinder atau menyerupai vas bunga, tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel, tubuh didukung oleh spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau kombinasi dari dua yang terakhir, Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan makanan, pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
            Berdasarkan bahan penyusun rangka, porifera dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Calcarea (Calcareous Spons), Hexactinellida (Kaca Spons), dan Demospongiae (demospongiae). a) Kelas Calcarea  memiliki ciri tubuh memiliki spikula yang terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit dan aragonit. Tekstur tubuh menonjol berbentuk benjolan dari dinding tubuh sehingga memberikan tekstur kasar. b)Kelas hexactinellida (Kaca Spons). Tubuh memiliki spikula yang tersusun dari silika mirip bintang 6 lengan. Oleh karena itu diswbut juga spons kaca. c) Kelas Demospongiae (demospongiae). Tubuh yang tersusun dari silikon atau serabut spongin.
Berdasarkan sistem saluran yang ada di dalam tubuhnya, terbagi menjadi 3 yaitu tipe ascon memiliki lubang-lubang ostianya dihubungkan lansung ke spongocoel. Contohnya: Leucosolenia, Ascetta, Olyntus. Tipe sycon memiliki lubang ostianya dihubungkan oleh saluran bercabang kemudian ke spongocoel. Tipe rhagon/leucon memiliki lubang ostianya dihubungkan dengan saluran bercabang, berongga dan tidak dihubungkan lansung ke spongocoel. Berdasarkan bahan pembentuk tubuh porifera dibedakan menjadi Pori kapur, Pori lunak, dan Pori silikat. Disebut pori kapur karena penyusun spikula pada porifera adalah kapur (C2CO3) dan biasanya memiliki banyak bentuk. Disebut pori lunak karena bahan pembentuk spikula  tersusun atas serabut spongin yaitu organisme dari hasil eksresi dan biasanya telah mati. Sedangkan disebut pori silikat karena spikula tersusun dari bahan silica berbentuk gel.
Spons bernafas dengan difusi. Pernafasan dilakukan oleh sel-sel tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari air sedangkan CO2 dkeluarkan kembali melalui seluruh permukaan tubuh. Air masuk ke dalam tubuh spons melalui porocytes, kemudian air yang berada di spongosol bergerak keluar oskulum dengan bantuan flagel yang terdapat di koanosit. Makanan berupa zat organik atau organisme kecil lain, yang akan dicerna dalam vakuola makanan yang kemudian diteruskan oleh sel amuboid ke sel-sel lainnya. Spons menyaring makanan dari air yang memasuki tubuh mereka. Namun hanya partikel yang berukuran kecil saja. Partikel lebih kecil masuk ke ostium dan ditangkap oleh pinakosit atau amebosit di dinding ostium, partikel yang jauh lebih kecil seperti bakteri dapat melewatinya tapi ditangkap oleh koanosit (lapisan bagian dalam). Kemudian amebosit mengedarkan makanan tersebut ke seluruh tubuh, dan air yang masuk akhirnya keluar dari spongocoel, kemudian dikeluarkan oleh flagella yang dimiliki sel koanosit.
Spons tinggal di berbagai habitat laut, daerah kutub dan daerah tropis. Sebagian besar tinggal di tenang, air jernih, karena sedimen menimbulkan gelombang atau arus akan memblokir pori-pori mereka, sehingga sulit bagi mereka untuk memberi makan dan bernapas. Spons dapat menempel pada sedimen lunak dengan cara basis akar.  Spons yang lebih berlimpah tapi kurang beragam di perairan beriklim daripada di perairan tropis, mungkin karena organisme yang memangsa spons lebih berlimpah di perairan tropis.
   Pada praktikum ini kami tidak mendapatkan hasil apa-apa karena tidak tersedianya spesies dari filum porifera di dalam laboratorium fkip. Sehingga kami melanjutkan praktikum dengan materi filum coelenterata.

Simpulan dan Saran
Simpulan
            Porifera merupakan hewan invertebrata yang memiiki tubuh berpori atau berlubang yaitu oskulum(oscula) dan ostium(ostia).  Bersifat triplobastik atau memiliki 3 lapisan tubuh yaitu pinosit, mesohit, dan koanosit. Berdasarkan bahan penyusun rangka, porifera dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Calcarea (Calcareous Spons), Hexactinellida (Kaca Spons), dan Demospongiae (demospongiae). Berdasarkan sistem saluran yang ada di dalam tubuhnya, terbagi menjadi 3 yaitu tipe ascon, sycon, dan leukon. Spons bernafas dengan difusi. Pernafasan porifera dilakukan oleh sel-sel tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari air sedangkan CO2 dkeluarkan kembali melalui seluruh permukaan tubuh. Makanan porifera berupa zat organik atau organisme kecil lain, yang akan dicerna dalam vakuola makanan yang kemudian diteruskan oleh sel amuboid ke sel-sel lainnya. Umumnya porifera tinggal di berbagai habitat laut, di air tenang,  dan air jernih. Pada praktikum ini kami tidak mendapatkan hasil apa-apa karena tidak tersedianya spesies dari filum porifera di dalam laboratorium fkip. Sehingga kami melanjutkan praktikum dengan materi filum coelenterata.            ,.         
Saran
Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang laporan di atas dengan sumber yang jelas dan dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu diharapkan kritik dan saran dari asisten maupun dosen pembimbing yang bersifat membangun.

Daftar Pustaka
Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
Prianto, Eko. 2012. Komposisi Jenis dan Biomasa Stok Ikan di Sungai Banyuasin. Jurnal Peneliti pada Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan konservasi Sumberdaya ikan. Vol.18 No. 1 (1-8).
Bella, Iwenda. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh. Vol. 2, No.2 (159-165).
Suharyanto. 2008. Distribusi dan Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi Terumbu Karang dan Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan. Jurnal Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Vol. 9, No. 3 (209-212).
Suwignyo, S. 2005. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kota Meulaboh, Aceh Barat HISTORY OF CITY

MEULABOH KOTA PEJUANG KU     Meulaboh merupakan ibu kota dari Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh dan merupakan kota terbesar ...