PORIFERA
Sponges
Sri
Devista
Sridevista.bio15@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Porifera merupakan hewan
invertebrata yang memiiki tubuh berpori atau berlubang yaitu oskulum(oscula)
dan ostium(ostia). Bersifat triplobastik
atau memiliki 3 lapisan tubuh yaitu pinosit, mesohit, dan koanosit. Praktikum
yang berjudul “Protozoa” ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di Laboratorium
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
struktur dasar dari porifera dan mengetahui serabut sponging yang menyusun
masing-masin tubuh dari porifera, serta mengetahui contoh spesies dari masing-masing kelas
dari porifera. Adapun metode yang dilakukan pada praktikum ini antara lain disediakan
spesies dari filum porifera kemudian diamati dengan mikroskop bentuk oskulum.
Dihancurkan sebagian kecil dari tubuh porifera lalu diamati spikula dengan mikroskop. Namun
praktikum tentang porifera tidak dapat dilakukan dikarenakan tidak tersedianya
preparat pada laboratorium.
Kata kunci: Porifera, Serabut sponging,
Oskulum, Ostium, Spongosol, Spikula.
Abstract
Sponge
is an invertebrate animal who coined the porous or hollow body that is oskulum
(oscula) and ostium (ostia). Triplobastik are or have 3 layers of the body that
is pinosit, mesohit, and koanosit. Practicum entitled "Protozoa" has
been held on October 19, 2016 at the Laboratory of Biology Education FKIP Syiah
Kuala University. Practicum aims to determine the basic structure of sponges
and knowing sponging fibers that make up each of brackish body of sponges, as
well as knowing examples of species of each class of sponges. The method is
performed at this lab, among others, provided the species of the phylum sponges
and then observed with a microscope oskulum form. Destroyed a small part of the
body sponges spicules observed with a microscope. But the lab about sponges can
not be performed due to unavailability of preparations in the laboratory.
Keywords: Sponges, Fibers of sponging, Oskulum, Ostium, Spongosol, Spicules
Keywords: Sponges, Fibers of sponging, Oskulum, Ostium, Spongosol, Spicules
Pendahuluan
Hewan
spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan multiseluler
yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ sesungguhnya.
Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat menempel atau menetap
pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan. Kata porifera berasal
dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil, sedangkan ferra
berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk menunjukkan akan
kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang memiliki banyak
lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori (Yusminah,
2007: 8).
Beberapa
jenis spons laut seperti spons jari berwarna oranye, Axinella canabina,
diperdagangkan untuk menghias akuarium laut; ada kalanya diekspor ke Singapura
dan Eopa. Jenis spons dari family Clionidae mampu mengebor dan menembus batu
karang dan cangkang molusca sehingga membantu pelapukan pecahan batu karang dan
cangkang molusca yang berserakan di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh
pada kerang-kerangan tertentu dan mengganggu peternakan tiram. Tidak hanya
hewan yang memakan spons karena banyak spikulanya dan baunya tidak sedap. Musuh
utama spons laut ialah siput jenis Nudibrancia. Musuh spons air tawar
ialah larva serangga dari ordo Neuroptera. Spons air tawar acapkali mengotori
jarring apung, mengganggu aliran air ke dalam jarring apung (Sugiarti, 2005 :
38-39).
Porifera
merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan
bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak
sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan
saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting
terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan
sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu
perairan (Iwenda, 2013: 159).
Sponge
termasuk plankton feeder, sehingga memerluka kualitas dan kesuburan perairan
yang ideal untuk menunjang kehidupannya. Mayoritas sponge yang ditemukan tumbuh
baik dan subur pada daerah yang kondisi terumbu karangnya rata-rata jelek
(049,9%), misalnya Auletta sp. tumbuh sangat baik dan bentuknya beraturan pada
karang yang sudah mati (Suharyanto, 2008: 211).
Perubahan musim ini
juga akan berpengaruh pada tingkah laku ikan, biologi reproduksi dan migrasi,
sehingga hasil tangkapan setiap musim akan mengalami perubahan. Pada bulan Juni
hasil tangkapan secara umum sangat besar, namun jenis yang tertangkap adalah
ubur-ubur yang dapat mencapai 500 kg/1x tarikan trawl. Jika dilihat secara
keseluruhan sumberdaya ikan yang tertangkap dalam jumlah yang kecil (Eko, 2012:
4).
Metode/Cara
Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di
Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh pada tanggal 19
Oktober 2016 pada Pukul 14.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah mikroskop stereo, alat bedah, petridish, dan nampan
bedah. Bahan yang di perlukan dalam praktikum ini adalah spesies dari filum
porifera.
Prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini
antara lain mula-mula disediakan terlebih dari spesies dari filum porifera kemudian
diletakkan diatas petridish. Diamati dibawah mikroskop bentuk oskulum. Disayat
secara vertikal melalui oskulum sehingga spongiosol terbagi dua kemudian
diamati. Diulangi perlakuan namun disayat secara horizontal. Dihancurkan
sebagain kecil dari tubuh porifera dan diamati bentuk spikula yang membentuk
tubuh porifera. Diambil porifera yang masih utuh dan diamati bagian tubuh
lainnya kemudian digambar dan diberi keterangan.
Hasil dan Pembahasan
Porifera merupakan golongan hewan
bersel banyak (metazoa) yang sangat primitif (sederhana). Bersifat triplobastik atau memiliki 3 lapisan tubuh
antara lain pianosit, mesohit, dan koanosit. Tubuh porifera asimetri (tidak
beraturan), meskipun ada yang simetri radial berbentuk agak silinder atau
menyerupai vas bunga, tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan
suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel, tubuh didukung oleh
spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau
kombinasi dari dua yang terakhir, Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan
makanan, pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
Berdasarkan bahan penyusun rangka,
porifera dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Calcarea (Calcareous Spons),
Hexactinellida (Kaca Spons), dan Demospongiae (demospongiae). a) Kelas
Calcarea memiliki ciri tubuh memiliki
spikula yang terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit dan
aragonit. Tekstur tubuh menonjol berbentuk benjolan dari dinding tubuh sehingga
memberikan tekstur kasar. b)Kelas hexactinellida (Kaca Spons). Tubuh memiliki
spikula yang tersusun dari silika mirip bintang 6 lengan. Oleh karena itu
diswbut juga spons kaca. c) Kelas Demospongiae (demospongiae). Tubuh yang
tersusun dari silikon atau serabut spongin.
Berdasarkan
sistem saluran yang ada di dalam tubuhnya, terbagi menjadi 3 yaitu tipe ascon
memiliki lubang-lubang ostianya dihubungkan lansung ke spongocoel.
Contohnya: Leucosolenia, Ascetta, Olyntus. Tipe sycon memiliki lubang ostianya dihubungkan oleh saluran bercabang
kemudian ke spongocoel.
Tipe rhagon/leucon memiliki lubang
ostianya dihubungkan dengan saluran bercabang, berongga dan tidak dihubungkan
lansung ke spongocoel.
Berdasarkan bahan pembentuk tubuh porifera dibedakan menjadi Pori kapur, Pori
lunak, dan Pori silikat. Disebut pori kapur karena penyusun spikula pada
porifera adalah kapur (C2CO3) dan biasanya memiliki banyak bentuk. Disebut pori
lunak karena bahan pembentuk spikula
tersusun atas serabut spongin yaitu organisme dari hasil eksresi dan
biasanya telah mati. Sedangkan disebut pori silikat karena spikula tersusun
dari bahan silica berbentuk gel.
Spons
bernafas dengan difusi. Pernafasan
dilakukan oleh sel-sel tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari air
sedangkan CO2 dkeluarkan kembali melalui seluruh permukaan tubuh. Air masuk ke dalam tubuh spons
melalui porocytes, kemudian air yang berada di spongosol bergerak keluar
oskulum dengan bantuan flagel yang terdapat di koanosit. Makanan berupa zat organik atau organisme kecil lain,
yang akan dicerna dalam vakuola makanan yang kemudian diteruskan oleh sel
amuboid ke sel-sel lainnya. Spons
menyaring makanan dari air yang memasuki tubuh mereka. Namun hanya partikel
yang berukuran kecil saja. Partikel lebih kecil masuk ke ostium dan ditangkap
oleh pinakosit atau amebosit di dinding ostium, partikel yang jauh lebih kecil
seperti bakteri dapat melewatinya tapi ditangkap oleh koanosit (lapisan bagian
dalam). Kemudian amebosit mengedarkan makanan tersebut ke seluruh tubuh, dan air
yang masuk akhirnya keluar dari spongocoel, kemudian dikeluarkan oleh flagella
yang dimiliki sel koanosit.
Spons tinggal di berbagai habitat
laut, daerah kutub dan daerah tropis. Sebagian besar tinggal di tenang, air
jernih, karena sedimen menimbulkan gelombang atau arus akan memblokir pori-pori
mereka, sehingga sulit bagi mereka untuk memberi makan dan bernapas. Spons
dapat menempel pada sedimen lunak dengan cara basis akar. Spons yang lebih berlimpah tapi kurang beragam
di perairan beriklim daripada di perairan tropis, mungkin karena organisme yang
memangsa spons lebih berlimpah di perairan tropis.
Pada
praktikum ini kami tidak mendapatkan hasil apa-apa karena tidak tersedianya
spesies dari filum porifera di dalam laboratorium fkip. Sehingga kami
melanjutkan praktikum dengan materi filum coelenterata.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Porifera merupakan hewan
invertebrata yang memiiki tubuh berpori atau berlubang yaitu oskulum(oscula)
dan ostium(ostia). Bersifat triplobastik
atau memiliki 3 lapisan tubuh yaitu pinosit, mesohit, dan koanosit. Berdasarkan bahan penyusun
rangka, porifera dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Calcarea (Calcareous
Spons), Hexactinellida (Kaca Spons), dan Demospongiae (demospongiae). Berdasarkan sistem saluran yang ada di dalam tubuhnya,
terbagi menjadi 3 yaitu tipe ascon, sycon, dan leukon. Spons bernafas dengan difusi. Pernafasan porifera dilakukan oleh sel-sel tubuh
dengan cara absorbsi, O2 dari air sedangkan CO2
dkeluarkan kembali melalui seluruh permukaan tubuh. Makanan porifera berupa zat
organik atau organisme kecil lain, yang akan dicerna dalam vakuola makanan yang
kemudian diteruskan oleh sel amuboid ke sel-sel lainnya. Umumnya porifera tinggal di
berbagai habitat laut, di air tenang,
dan air jernih. Pada praktikum ini kami tidak mendapatkan hasil apa-apa
karena tidak tersedianya spesies dari filum porifera di dalam laboratorium
fkip. Sehingga kami melanjutkan praktikum dengan materi filum coelenterata. ,.
Saran
Menyadari
bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang laporan di atas dengan sumber yang jelas dan
dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu diharapkan kritik dan saran dari
asisten maupun dosen pembimbing yang bersifat membangun.
Daftar Pustaka
Hala, Yusminah.
2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN
Alauddin Press.
Prianto,
Eko. 2012. Komposisi Jenis dan Biomasa Stok Ikan di Sungai Banyuasin. Jurnal Peneliti pada Pusat Penelitian
Pengelolaan Perikanan dan konservasi Sumberdaya ikan. Vol.18 No. 1 (1-8).
Bella,
Iwenda. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih,
Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Sepuluh. Vol. 2, No.2 (159-165).
Suharyanto. 2008. Distribusi dan
Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi Terumbu Karang dan Kedalaman
yang Berbeda di Perairan Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan. Jurnal Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Payau. Vol. 9, No. 3 (209-212).
Suwignyo, S.
2005. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar