KLASIFIKASI
HEWAN
SRI DEVISTA
sridevista.bio15@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Klasifikasi hewan merupakan pengelompokan hewan ke dalam
kelompok tertentu sehingga diperoleh kelompok hewan dalam jenjang yang berbeda
sehingga lebih mudah dipelajari dan mudah diingat dalam melakukan pengamatan. Pengelompokan hewan berdasarkan filum dilakukan dengan
mengamati struktur tubuh, ukuran tubuh, bentuk tubuh, warna, sejarah hidup,
fisiologi, dan struktur kimia dalam tubuh yaitu DNA dan RNA. Hewan
invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki ruas tulang belakang. Hewan ini
meliputi Protozoa, Porifera, Coelenterata, Plathyhelminthes, Nemathelminthes,
Annelida, Moluska, Arthropoda dan Echinodermata. Praktikum yang berjudul
“Klasifikasi Hewan” ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2016 di Laboratorium
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara melakukan
klasifikasi hewan invertebrata dan menerapkan pola dasar dalam mengklasifikasi
hewan ke dalam filum, kelas, ordo, famili, genus dan spesies. Adapun metode
yang dilakukan antara lain diperhatikan ciri dari masing-masing hewan satu persatu
kemudian dikelompokkan ke dalam masing masing filum sesuai ciri dominan. Keong dan
kerang termasuk filum dari Molluska. Kelas Echinoidea dari filum Echinodermata
yaitu landak laut, kelas Asteroidea
yaitu bintang laut, dan kelas Ophiuroidea yaitu bintang ular laut. Oculina sp. termasuk ke dalam filum
Coelenterata. Kelas Crustacea pada filum Arthropoda yaitu kepiting
memiliki kaki
4 ruas. Dan Spongila digolongkan ke dalam filum Porifera.
Kata
kunci: Klasifikasi,
Filum, Ciri dominan, Struktur tubuh, Bentuk tubuh.
Abstract
Classification
of animals is a grouping of animals into certain groups in order to obtain
groups of animals in the different levels making it easy to learn and easy to
remember in making observations. Animal grouping based phylum done by observing
the body structure, body size, body shape, color, life history, physiology, and
chemical structures in the body that DNA and RNA. Invertebrates are animals
that do not have vertebrae. These animals include Protozoa, Porifera,
Coelenterata, flatworm, Nemathelminthes, annelids, molluscs, arthropods and
Echinodermata. Practicum titled "Classification of Animals" has been
held on October 5, 2016 at the Laboratory of Biology Education FKIP Syiah Kuala
University. Practicum aims to determine how to classify the invertebrates and
apply the basic patterns in classifying animals into phylum, class, order,
family, genus and species. The method is carried out, among others note the
characteristics of each of the animals one by one and then grouped into each
phylum according dominant characteristic. Snails and shellfish including phylum
of molluscs. Class Echinoidea of phylum Echinodermata namely sea urchins,
starfish that Asteroidea class, and the class of the planets Ophiuroidea sea
snakes. Oculina sp. belong to the phylum Coelenterata. Crustaceans in the
phylum arthropods that have crab legs 4 vertebra.
Keywords: Classification,
phylum, dominant feature, body structure, body shape.
Pendahuluan
Klasifikasi adalah suatu cara
pengelompokkan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi
menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan atau hewan
yang memiliki persamaan struktur (Campbell, 2009,p. 134).
Kunci diterminasi merupakan media yang digunakan dalam
proses identifikasi suatu makhluk hidup, sedangkan untuk mengamati makhluk
hidup yang beraneka ragam yang tidak mungkin untuk didatangkan langsung dikelas
maka diperlukan suatu sumber yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang
makhluk hidup tersebut. Manfaat dari penggunaan kunci determinasi adalah untuk
melihat lebih dekat dan lebih rinci suatu objek yang dipelajari, kunci tersebut
secara ilmiah akan mendorong pemahaman istilah ilmiah (Purnamasari, 2012, p.
104).
Sifat umum dari metode deskriptif yaitu
mengelompokkan, menyusun, menganalisa, menafsirkan dan kemudian diadakan
klasifikasi atau dibandingkan atara suatu kelompok data lain. Sampel plankton
yang diambil dari waduk tersebut kemudian diidentifikasi jenisnya yang berpedoman
padanollet (Maizar, 2009, p. 8).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor fisik kimia perairan tambak masih layak sebagai lahan budidaya
Bandeng. Substrat dasar tambak sesuai untuk kehidupan Makrobenthos invertebrata
yang ditemukan yaitu dari kelas Polychaeta, Gastropoda, Bivalvia dan Crustacea.
Untuk musim kemarau kemelimpahan makrobenthos invertebrata yang ditemukan berkisar antara 6 s/d 11
spesies (Nanik, 2009, p. 7).
Hewan
invertebrata yang diamati dalam
penelitian ini merupakan kelompok makrobentos (makrofauna) yang memiliki ukuran
lebih dari 1 mm. Jenis-jenis siput/keong (Kelompok Gastropoda) merupakan
spesies-spesies yang banyak ditemukan pada petak sawah organik di kecamatan
Lawang, invertebrata jenis ini banyak ditemukan di dasar perairan atau menempel
pada batu-batuan di perairan. Terdapat pula jenis insekta yang hidup di
permukaan air maupun di permukaan substrat dasar perairan (Herlin, 2013, p.
162).
Metode/Cara Kerja
Waktu
dan Tempat
Praktikum dilakukan di
Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh pada tanggal 5 Oktober 2016 pada Pukul 16.00 WIB.
Target/Subjek/Populasi/Sampel
Specimen diperoleh
dengan mengumpulkan hewan yang terdapat di lingkungan dan di masukkan ke dalam
tempat tertentu. Apabial hewan susah diamati karena sangat aktif maka hewan di
masukkan ke dalam formalin 10% atau ke dalam alkohol 10% dan di biarkan selama
15 menit.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah mikroskop cahaya, lup, alat bedah, dan petridish. Bahan yang di
perlukan dalam praktikum ini adalah bintang laut, landak laut, bintang ular
laut, kerang, keong, Oculina sp, spongila,
dan kepiting yang merupakan preparat yang sudah di awetkan dengan formalin,
alkohol, dan aquadest.
Prosedur
Hewan yang telah di kumpulkan dari
lingkungan dimasukkan ke dalam tempat. Bila hewan sulit untuk di amati karena
sangat aktif maka dimatikan dengan dimasukkan hewan tersebut ke dalam formalin
10% atau alkohol 10% dan dibiarkan selama 15 menit. Setelah itu diangkat dari
formain dan dibilas dengan air bersih sehingga bau formalin hilang.
Diperhatikan ciri dari masing-masing hewan satu persatu dengan mengelompokkan
berdasarkan ciri dominan yang dimiliki pada tingkat paling tinggi (fylum)
hingga pling rendah (subspesies). Apabila hewan yang memiliki satu sel maka dimasukkan
ke dalam filum Protozoa, hewan berpori dimasukkan ke dalam Porifera, hewan
berongga dimasukkan ke dalam Coelenterata, bentuk pipih dimasukkan ke
Plathyhelminthes, tubuh seperti benang dimasukkan ke Nemathelminthes, hewan
beranulus dimasukkan ke dalam ke Annelida, tubuh lunak dimasukkan ke Mollluska,
hewan yang memili kaki beruas dimasukkan ke Arthropoda dan hewan dengan kulit
berduri dimasukkan ke dalam filum Echinodermata. Kemudian dilakukan pengamatan
ciri khas yang dimiliki dari anggota filum tersebut, sehingga dapat
dikelompokkan ke dalam kelas, ordo, famili, genus, spesies, atau subspesies
masing-masing. Dilakukan pengelompokan sampai ke jenjang paling bawah pada
jenjang subspesies. Setelah itu dibuat tabel dari hasil pengamatan.
Hasil
dan Pembahasan
Klasifikasi adalah penggolongan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam
golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun runtut sesuai dengan
tingkatannya (hierarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil
hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara
mengelompokkan mahluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau
sistematik. Pengelompokan hewan berdasarkan filum dilakukan dengan mengamati
struktur tubuh, ukuran tubuh, bentuk tubuh, warna, sejarah hidup, fisiologi,
dan struktur kimia dalam tubuh yaitu DNA dan RNA.
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang
belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana
dibandingkan dengan kelompok hewan punggung/bertulang belakang, juga sistem
pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata. Avertebrata dibagi menjadi 9 filum yaitu Protozoa, Porifera,
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan
Echinodermata.
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan
berongga karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut
pori. Makanan
Porifera berupa zat-zat organik dan semua organisne kecil seperti palankton.
Porifera tidak mempunyai alat pencernaan khusus, sistem pencernaannya bersifat
intraseluler. Pada praktikum ini preparat yang termasuk ke dalam filum porifera
adalah Spongilla sp.
Platyhelmintes (cacing pipih) merupakan filum untuk
jenis cacing yang tidak memiliki punggung dan perut serta tidak berbuku-buku.
Tempat hidup cacing ini adalah dilaut, disungai dan danau atau parasit pada
tubuh organisme lain. Nemathelmintes berasal dari kata nematos yang berarti
benang dan nelminthes yang berarti cacing. Jadi arti sebenarnya dari
Nemathelmintes adalah cacing benang kerena bentuknya yang bulat dan memanjang.
Tubuh Nemathelmintes tidak beruas-ruas.
Pada bagian depan terdapat mulut, alat pencernaannya adalah usus dan diakhiri dengan anus. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa alat pencernaannya sempurna. Namun pada
praktikum ini tidak ada preparat yang termasuk ke dalam kedua filum ini.
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Ciri umum
yang dimiliki Mollusca adalah tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen.
Keong dan kerang termasuk filum dari molluska namun berbeda kelas. Hal ini
dikarenakan keong yang merupakan kelas gastropoda menggunakan perut sebagai
alat gerak atau kakinya. Selain itu keong memiliki cangkok yang berfungsi
sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur untuk perlindungan diri
dari serangan predator dan gangguan lainnya, kepala dibagian depan, pada bagian
kepala terdapat tentakel panjang yang terdapat bintik mata dan tentakel pendek
berfungsi untuk indera pembau dan peraba. Hidup didarat, air tawar, air laut.
Bersifat hermafrodit, perkawinan silanng. Pembuahan terjadi ditubuh betina.
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos
artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang
berkulit duri. Phylum Echinodermata dibagi menjadi 5 kelas yaitu Echinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea,
Crinoidea,
Holothuroidea. Namun pada praktikum ini preparat yang diamati hanya temasuk ke
dalam 3 kelas saja antara lain kelas Echinoidea yaitu landak laut, kelas Asteroidea yaitu bintang laut, dan
kelas Ophiuroidea yaitu bintang ular laut. Pada bintang laut digolongkan ke
dalam kelas Asteroidea karena “aster”=bintang, dan “idea=bentuk”. Dengan kata
lain bentuk hewan ini seperti bintang. Bintang laut hidup di dasar perairan
yang berbatu karang. Hewan ini bergerak lambat menggunakan deretan kakinya yang
berbentuk tabung penghisap kecil. Bintang laut termasuk hewan karnivora,
makanannya adalah hewan kecil lain seperti kerang, koral dan ikan-ikan kecil.
Landak laut digolongkan ke dalam filum Echiodermata karena permukaan tubuh
hewan ini berduri panjang. Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular).
Ophiuroidea tidak memiliki anus dan gerakannya sangat cepat.
Kelompok filum Annelida yaitu hewan yang beranulus dan
rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh
merupakan rongga tubuh yang sebenarnya. Namun pada praktikum ini tidak ada
preparat yang termasuk ke dalam filum ini.
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani yaitu coilos yang berarti rongga dan enteron
yang berarti usus. Jadi Coelenterata dapat diartikan sebagai hewan yang
memiliki rongga yang berfungsi sebagai usus. Tubuhnya terdiri dari kantong dan
rongga gastrovaskuler untuk mencerna makanan. Memiliki
mulut sekaligus sebagai anus. Preparat yang diamati pada praktikum yang
termasuk ke dalam filum ini yaitu Oculina
sp. Hewan ini hidup berkoloni dan habitatnya di laut atau air tawar.
Arthropoda
terdiri dari 4 kelas, yaitu Crustacea, Arachnoidea, Myriapoda, dan Insecta atau
Hexapoda. (Arthropoda berarti “kaki bersendi”). Kelompok segmen dan anggota
badannya telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh,
anggota badan secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai
reseptor sensoris, kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh Arthropoda sepenuhnya
ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun
dari lapisan-lapisan protein dan kitin. Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama
yaitu Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Crustacea, dan Insekta. Kepiting yang merupakan preparat pada
praktikum ini digolongkan ke dalam filum Arthropoda sementara kelas nya yaitu
Crustacea. Kepiting memiliki tubuh dengan dua atau tiga bagian, memiliki
antena, bagian mulut untuk mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, dan
masing-masing kaki memiliki 4 ruas.
Simpulan dan
Saran
Simpulan
Klasifikasi hewan merupakan pengelompokan hewan ke dalam
kelompok tertentu sehingga diperoleh kelompok hewan dalam jenjang yang berbeda
sehingga lebih mudah dipelajari dan mudah diingat dalam melakukan pengamatan.
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki ruas tulang belakang. Hewan
ini meliputi Protozoa, Porifera, Coelenterata, Plathyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Moluska, Arthropoda dan Echinodermata. Keong dan
kerang termasuk filum dari molluska yang merupakan hewan bertubuh lunak. Echinodermata
merupakan hewan yang bertubuh duri. Kelas Echinoidea yaitu landak laut, kelas Asteroidea yaitu bintang laut, dan
kelas Ophiuroidea yaitu bintang ular laut. Oculina
sp. merupakan preparat yang diamati
termasuk ke dalam filum Coelenterata yaitu hewan yang memiliki rongga
pada tubuhnya. Arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton
(kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-lapisan protein dan kitin.
Kelas Crustacea pada filum Arthropoda termasuk kepiting memiliki kaki 4 ruas.
Saran
Menyadari bahwa
praktikan masih jauh dari kata sempurna, kedepannya praktikan akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang laporan di atas dengan sumber yang jelas
dan dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu diharapkan kritik dan saran
dari asisten maupun dosen pembimbing yang bersifat membangun.
Daftar Pustaka
Aprilia, Herlin. 2013. Struktur
Komunitas Vertebrata dan Invertebrata Air pada Petak Sawah Organik di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika Laboratorium Ekologi dan
Diversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Vol. 1 No. 4 (162-165).
Campbel
N, A. 2009. Biologi Edisi Kelima jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Heru, Nanik.
2009. Kelimpahan dan Keanekaragaman Makrobenthos Invertebrata di Pertambakan
Wilayah Industri Sekitar Muara Suangai Babon Semarang. Jurnal Ilmiah Fakultas Sains dan Matematika, Undip, Semarang. 1(1):
7-145.
Maizar,
Asus. 2009. Pendugaan Status Tropik Dengan Pendekatan Kelimpahan Fitoplankton
Dan Zooplankton di Waduk Sengguruh, Karangkates, Lahor, Wiling Raya dan
Wonorejo Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan. 1(1): 7-13.
Purnamasari,
Heri. 2012. Kunci Determinasi dan Flashcard Sebagai Media Pembelajaran Inkuiri
Klasifikasi Makhluk Hidup Smp. Unnes
Science Education Jurnal. 1(2): 104-110.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar